Kuala Lumpur —“Setiap orang memiliki potensi untuk mempersulit orang lain, tetapi jangan lakukan itu. Bekerjalah dengan ikhlas,” demikian dikatakan Aqua Dwipayana, dalam ceramah motivasinya beberapa waktu lalu di Aula Hasanuddin KBRI Kuala Lumpur.
“Keikhlasan dalam bekerja membuat kita menjadi bersyukur sebab hidup bahagia sangat sederhana yang membuatnya menjadi ‘rewet’ itu adalah diri kita sendiri,” katanya saat menyampaikan materi ceramah motivasi dihadapan lebih kurang empat ratus masyarakat Indonesia yang berada di Kuala Lumpur. Mereka itu terdiri dari: para pelajar yang sedang menimba ilmu pada jenjang S1, S2, dan S3; para tenaga kerja Indonesia (TKI); para siswa dan guru Sekolah Indonesia Kuala Lumpur; serta masyarakat Indonesia lainnya di Kuala Lumpur.
Ditambahkan Pak Aqua bahwa ia merasa bersyukur karena dapat bertemu muka dengan masyarakat Indonesia di Kuala Lumpur. Kuala Lumpur ini, menurut Pak Aqua, merupakan negara ke-15 yang telah dikunjunginya dari 25 negara yang akan ia kunjungi dalam tahun ini untuk menyampaikan ceramah motivasi.
Ceramah yang bejudul “Sharing Komunikasi dan Motivasi” ini berlangsung dengan suasana khidmat dan pernuh kekeluargaan. Setelah kegiatan ceramah motivasi ini juga diadakah kegiatan berbuka puasa bersama dan sholat Mahgrib berjamaah (bagi yang muslim).
“Oleh karena itu dari waktu ke waktu kita perlu meningkatkan kualitas diri dengan membangun komunikasi. Lebih kurang tujuh puluh persen kesalahan di dunia kerja adalah salah dalam berkomunikasi,” jelasnya.
Ditambahkannya, “Komunikasi berarti menyamakan pemahaman dan perilaku antara pembicara dengan pendengar. Komunikasi perlu dibangun dengan lima cara yaitu: respect, yaitu rasa peduli kepada orang lain; emphaty yaitu mendengar dan merasakan kesulitan orang; audible yaitu pesan yang disampaikan dimengerti orang lain; clarity yaitu pesan yang disampaikan harus jelas; serta humble yaitu pandai menempatkan diri dan santun.
Ceramah motivasi tersebut diselingi dengan penayangan rekaman berbagai peristiwa yang menggugah rasa syukur, seperti bagaima seorang remaja berganti-ganti merek sepatu sementara ada remaja lainnya tidak punya alas kak; bagaimana seorang anak memainkan alat-alat mainan seperti tablet dan komputer sementara di belahan dunia lainnya seorang anak harus berhadapan dengan sisa tengkorak dan tulang manusia akibat perang; bagaimana seseorang ibu yang tidak memiliki sepasang tangan begitu cekatan mengerjakan pekerjaan rumah dan mengganti popok bayinya dengan kedua kakinya. (Alpansyah)