MENCARI JEJAK PNF KESETARAAN DI NEGERI JIRAN 1

Arsip Berita

Loading

Kuala Kubu Bahru, 20 Februari.  Kepala Sekolah Indonesia Kuala Lumpur, Elslee YA Sheyoputri, M. Hum.  Sabtu kemarin (20/02) melakukan survey di Pusat Kegiatan Belajar Mandiri ( PKBM ) Institut Tahfiz Saba, Kuala Kubu Bahru Kerling Selangor.

Perjalanan merentasi hutan, perkebunan kelapa sawit,  dan karet sepanjang 75 km ke Kuala Kubu Bahru sempat menemukan jalan buntu, ketika mencapai jembatan penyebarangan ternyata jembatan sudah tidak ada dimakan banjir bandang yang melanda.  Berkat pertolongan Orang Asli akhirnya  Tim PNF Kesetaraan berhasil menemukan anak-anak Indonesia yang sedang belajar melalui Progam Pendidikan Nonformal Kesetaraan di tengah-tengah rimbunnya hutan Malaysia.

Kepala Sekoah  yang datang bersama Tim Koordinator PNF Kesetaraan  mendapat sambutan istimewa dan rasa haru.  Anak-anak remaja Aceh yang sedang belajar di pondok tahfiz ITS Kuala Kubu Bahru Kerling merasa sangat bahagia karena setiap hari mereka hanya bisa berkeluh kesah dengan teman-teman seperjuangan dan sependeritaan. Mereka adalah para yatim piatu pasca- Tsunami. Kini  merasa ada orang lain yang bisa sebagai tempat mengadu, berbagi rasa.

Ibu Elslee sembari mengusap kacamatanya karena haru berkata, “Saya bangga dengan kalian.  Jauh-jauh mau belajar. Sadar akan tanggung jawab. Semangat nasionalisme Indonesia perlu terus dijaga. Banggalah dengan Indonesia. Andalah pemilik Indonesia,  di masa depan kaulah yang menentukan. Anak Aceh, ya anak Indonesia  memiliki hak yang sama sebagaimana anak-anak Indonesia  yang lain dan kita ini bersaudara.  Kukuhkan persatuan dan kesatuan bangsa.  Jika sudah cukup ilmu, bangunlah Aceh, bangunlah Indonesia.  Jika kalian sudah sukses,  angkatlah adik-adik kita yang kurang beruntung agar sukses seperti kalian. Ingatlah jasa baik orang-orang yang telah membantu kalian.”

Kepala sekolah selaku penangung jawab PNF Kesetaran merasa sangat tergugah untuk mendengar keluh kesah mereka.

“Iya Bu, Kelanjutan sekolah kami tidak jelas. Apakah akan berlanjut atau tidak tergantung ada tidaknya orang yang menguruskan (baca: sponsor) saya. Sebenarnya kami ingin belajar sampai sarjana tapi ijazah SMA atau Diploma tidak ada. Kami baru lulus paket B. Padahal masa tinggal di Malaysia hanya sampai September depan.” Ungkap Salahuddin.

“Sementara saya ingin sekali ke Mesir, Arab Saudi, atau Sudan untuk belajar agama. Kami ingin jadi dai. Kami ingin menjaga dan melestarikan Aceh sebagai Serambi Makkah. Itu saja Bu,”  tambah Zaini seraya mengingat tanah leluhurnya di Bireun.

Menanggapi keluh kesah mereka  ,  beliau berjanji  akan berkoordinasi dengan pihak KBRI.

Mengakhiri kunjungannya , kepala sekolah memberikan sumbangan berupa uang,  beras,  dan mie instan.

Turut menyertai kunjungan kepala Sekolah Indonesia Kuala Lumpur, tim PNF Kesetaraan KBRI Kuala Lumpur: Drs. Akhmad Samiri, Koordinator;  Karnaini, Sarpras;  Ninik Sukadarni, Bendahara;  Inton Tyas Suprapto, Humas.

Leave a Reply