Bangsaku, Keluargaku

Berita Utama Humas Kesiswaan Kurikulum Wakasek

Loading

Oleh: Rohana Dwi Kartikawati

Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang, khususnya Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) mempunyai beberapa program akademik bagi para mahasiswanya. Satu diantaranya adalah International Class Program, dimana mahasiswanya pada akhir semesternya harus mengambil mata kuliyah Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang dilaksanakan di Luar Negeri.

Melalui serangkaian tes yang dilaksanakan pada level fakultas, saya bersama beberapa mahasiswa FTIK berkesempatan mengikuti tugas akademik yaitu Praktik Kerja Lapangan di Salah-satu Negara ASEAN yaitu Malaysia, sebagaimana yang dipersyaratkan kepada kami sebelum lulus dari Universitas untuk menjadi seorang guru atau tenaga pendidik.

Pertama yang kami rasakan adalah senang, karena akan mengunjungi dan melihat secara langsung Malaysia, negeri yang dalam benak kami ketika di tanah air adalah negeri tetangga yang terkadang suka “usil” terhadap negeri kami Indonesia.

Kami ber-16 (Rohana Dwi K, Ghulam Nurul W, Wiwin Tria N. J, Aghnia Mursida H, Dian Tri Kurniawan, Dian Mustika A, Akmala M, Luluk Mufidah, Shellya Habib D, Sirotul Maulana N. A, Hana Zulfa S, Asma Kumalasari, Maulida Fikria N, Nur Isna Aulya, Icmi Noorwinindita N, dan Kiki Ariani R. A.) masing-masing memendam rasa yang berbeda-beda sejak di Malang, sejak nama-nama kami akhirnya terpampang dalam daftar mahasiswa International Class Program yang akan ber-PKL di negerinya Siti Nurhaliza.

Singkat cerita, enam dari kami melaksanakan tugas PKL di Sekolah Menengah Kebangsaan Puteri Titiwangsa, sekolah kerajaan Malaysia yang terletak di Jalan Temerloh 53200 di tengah jantung kota Kuala Lumpur. Adapun sepuluh yang lainnya (termasuk penulis) melaksanakan tugas praktik mengajar di Sekolah Indonesia Kuala Lumpur (SIKL) yang berlokasi di Jalan Lorong Tun Ismail no. 1, 50480 Wilayah Persekutuan Kuala Lumpur Malaysia.

Tanggal 20 Februari 2015, kami tiba di Air Port Malaysia atau lebih dikenal dengan sebutan Kuala Lumpur International Air Port (KLIA 2). Pihak SIKL menyambut dengan hangat dan mengajak kami melihat-lihat lingkungan sekolah sebelum mengantarkan kami ke home stay, tempat tinggal kami selama PKL di Malaysia.

Ketika masuk ke area sekolah, kami merasa terkesima. Bagaimana tidak di Negeri asing ada sekolah sebagaimana sekolah umumnya di Indonesia yang pintu gerbangnya ketika kami lewati, tulisan yang tampak oleh kami adalah aturan harus menggunakan Bahasa Indonesia: “Area wajib berbahasa Indonesia”.

Kami semakin yakin dan merasa bahwa meskipun berada di bumi seberang, semangat yang kami rasakan adalah nasionalisme dan rasa kekeluargaan sebangsa dan setanah air dari setiap insan penghuninya.

Tanggal 23 Februari 2015 tepatnya hari Senin, kami bersepuluh mengawali pagi yang cerah untuk berangkat ke SIKL dengan semangat baru. Di halaman sekolah SIKL, kami pun disambut oleh Bapak kepala SIKL, Bapak Banjir Sihite, M. Pd. dan banyak siswa yang siap untuk mengikuti upacara bendera yang sudah menjadi agenda rutin setiap hari Senin.

Upacara terlaksana dengan khidmad, kibaran bendera sang merah putih menambah keagungan nama Bangsa Indonesia di Luar Negeri. Kami merasa sangat bangga yang tidak terkira, merindiding bulu roma, bahkan beberapa dari kami sampai tidak menyadari akan melinangkan air mata di tengah lantunan semangat lagu Indonesia Raya yang membahana.

Kami teringat ketika melaksanakan upacara bendera di negeri Indonesia, kami belum pernah merasakan sebagaimana yang kami rasakan seperti sekarang ini. Pelaksanaan upacara bendera yang kami lakukan bersama keluarga besar SIKL pagi hari itu membuat kami semakin mencintai dan bangga terhadap bangsa dan tanah air Indonesia.

Setelah upacara bendera selesai, kami diperkenalkan dengan semua dewan guru dan staf di SIKL serta tempat-tempat yang akan sering kami gunakan untuk mendukung proses kegiatan belajar mengajar (KBM).

Keluarga besar di SIKL sangat welcome dan ramah. Mereka memperlakukan kami seperti saudara atau keluarga sendiri, bahkan kami juga berteman dengan empat mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia Bandung yang juga sedang melaksanakan tugas PKL di SIKL sekolah yang sama.

Kami merasa ini adalah keluarga besar yang saling membantu dan menyayangi satu sama lain. Meskipun kami semua berasal dari tempat yang berbeda-beda dan suku serta Bahasa ibu yang berlainan, namun tidaklah sulit bagi kami untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan orang-orang sekitar, karena inilah yang sering kami lakukan di Indonesia, yang merupakan ajaran leluhur nenek moyang bangsa kami yaitu agar selalu ramah kepada siapapun.

Tanggal 24 Februari 2015, tepatnya hari Selasa. Kami diperkenalkan kepada guru mata pelajaran yang akan menjadi pamong bagi kami selama melaksanakan PKL di SIKL. Kami mendapat arahan sekaligus tugas dan tanggung jawab untuk mendidik beberapa kelas sesuai dengan masing-masing bidang kami, baik di tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Pelaksanaan pembelajaran kami mulai sehari kemudian setelah observasi yang kami lakukan pada hari selasa.

Ketika proses pembelajaran akan kami mulai, guru pamong akan memperkenalkan kami kepada siswa-siswi, mereka sangat senang dengan kehadiran kami untuk menemani mereka belajar meskipun dalam waktu hanya dua minggu yang singkat, kami pun juga merasa sangat senang dapat menemani belajar siswa-siswi anak-anak bangsa yang sedang berada di Luar Negeri dengan sistem dan metode serta kurikulum sebagaimana berlaku di Indonesia.

Satu hal yang sangat berkesan dalam benak kami adalah ketika sedang terjadi proses belajar-mengajar, yang kami rasakan mereka sangat aktif dan semangat untuk belajar. Berbagai instrument pembelajaran dan media yang kami gunakan, mereka mengikutinya dengan penuh semangat. Kami pun bergaul dan berinteraksi dengan para siswa-siswi dengan dengan baik dan hangat, layaknya saudara dan adik-adik kami sendiri.

Hal inilah yang tidak akan kami lupakan, belajar bersama mereka adalah kesempatan bagus dan pengalaman yang berharga untuk mengenal keluarga sebangsa setanah air di negeri seberang. Kami dari UIN Malang pasti akan selalu merindukan keluarga besar SIKL yang hangat dan penuh keakraban, kami berharap satu saat nanti akan ada lagi kesempatan lain yang dapat menyambungkan tali silaturrahim dan keharmonisan keluarga sebangsa dan setanah air ini. Aamiin… (Sltn)

Leave a Reply