Sekarang, masih ramai-ramainya orang membicarakan tentang pemilihan umum, untuk memilih pemimpin yang terbaik diantara mereka, baik sebagai presiden, gubernur, bupati, dan walikota, bisa jadi juga ketua RT ataupun RW di desa masing-masing.Memilih (pemimpin) pada hakekatnya adalah mencari yang terbaik, bukan pilihan bebas sekehendak hati kita, ini sesuai dengan akar katanya dalam bahasa Arab yaitu ikhtaaro-yakhtaaru-ikhtiyaar yang masih erat hubungannya dengan kata khoir (baik/terbaik). Tentu, baik menurut ajaran agama (syariat), panutan kita (nabi Muhammad SAW) dan Allah SWT. Persoalannya adalah siapakah manusia yang terbaik itu ? Ajaran agama kita melalui nabinya dan al-quran sebenarnya secara kontekstual sudah memberikan kepada kita petunjuk tentang siapakah manusia terbaik itu.
Pertama: Secara umum, sebagaimana disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Thobroni, dari Ibn Umar Rosulullah SAW berkata: Sebaik-baik manusia adalah manusia yang paling bermanfaat untuk manusia lainnya. Dalam hadits ini diterangkan bahwa manusia yang baik adalah manusia yang bermanfaat untuk manusia lainnya tidak memandang agamanya apa, keturunan siapa dan asalnya darimana. Intinya dia itu bermanfaat untuk orang banyak.
Kedua: Masih secara umum, yaitu berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, dari Abu Sufyan Abdullah Ibn Basyar al-Aslami, berkata Rosulullah SAW: Manusia yang terbaik adalah siapa yang umurnya panjang dan baik pula amal perbuatannya. Dari hadits ini memberi petunjuk kepada kita siapa itu manusia terbaik, yaitu orang yang selama hidupnya diisi dengan perbuatan baik, siapapun orang itu, kalau selalu berbuat baik itulah orangnya.
Ketiga: Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh al-Bukhori, dari Utsman RA berkata Rosulullah SAW: Orang yang terbaik diantara kamu adalah yang belajar al-Quran dan mau mengajarkannya kepada orang lain. Dari hadits ini, ternyata definisi terbaik sudah mulai menyempit yaitu menunjuk kepada orang-orang yang bersyahadat dan beriman diantara umatnya nabi Muhammad SAW yang mau belajar tentang ilmu (spesifik tentang al-Quran) dan mengajarkan ilmu tersebut kepada masyarakat. Ada dua petunjuk disini yang bisa dipedomani untuk menentukan manusia yang baik, yaitu orang yang mau belajar kemudian mengajarkan apa yang dipelajarinya dan para sahabat yang ditunjuk dalam khitob tersebut. Ini berarti orang yang terbaik adalah orang yang selalu belajar dan mengajarkan ilmu yang bersumberkan kepada al-Quran dan orang tersebut adalah dari kalangan ahli tauhid beriman kepada Allah SWT dan bukan dari golangan orang yang Musyrik.
Keempat: Berdasarkan kepada hadits riwayat Tirmidzi, dari Ummil Mukminin ‘Aisyah RA berkata Rosulullah: Sebaik-baik kalian adalah yang terbaik dalam menjalankan tanggungjawab kepada keluarganya, dan saya yang terbaik dalam menjalankan tanggung jawab terhadap keluargaku. Dalam hadits ini Rosulullah membimbing kita untuk menunjukkan siapa manusia terbaik itu ? jawabannya adalah orang muslim yang beriman dan bertaqwa (sebagaimana khitob hadits yang menunjuk tentunya kepada para sahabat) dan menjalankan amanah keluarganya dengan baik, dan ini diperkuat lagi dengan contoh langsung dari Rosulullah melalui perkataannya: dan saya yang terbaik dalam menjalankan tanggung jawab terhadap keluargaku. Tidak mungkin manusia itu jadi yang terbaik, padahal dirumahnya dia adalah seseorang yang tidak bertanggungjawab kepada keluarganya.
Kelima: Berdasar hadits berikut yang diriwayatkan oleh Thobroni dan Bayhaqi, dari Abu Said al-Khudry berkata Rosulullah SAW: Orang yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaqnya. Hadits ini menunjukkan kepada kita bahwa manusia yang terbaik definisinya sudah menyempit dan orang tersebut mestilah harus beriman, kemudian bukan hanya sekedar beriman secara verbal, tapi juga ditunjukkan dalam kehidupan keseharian dalam keluarga maupun masyarakatnya akhlaq perilaku yang baik dan kepribadian yang luhur, sebagaimana dicontohkan oleh Rosulullah dalam kepemimpinannya di rumah tangga beliau maupun di tengah-tengah masyarakat.
Keenam: Manusia terbaik menurut informasi al-Quran walaupun dengan bahasa sedikit berbeda adalah sebagaimana yang termaktub dalam surat al-Hujurot 13: Wahai manusia sesungguhnya kami ciptakan kamu semua dari laki-laki dan perempuan dan kami jadikan kamu semua berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar saling mengenal dan sesungguhya orang yang paling mulia disisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa. Ayat ini menggarisbawahi bahwa manusia yang terbaik disisi Allah adalah manusia yang paling sempurna taqwanya yaitu menjalankan segala apa yang diperintahkanNYa dan meninggalkan larangan-laranganNya. Dan konsekwensi dari ketaqwaan ini adalah akhlaq mulia serta perilaku shalih yang mampu menegakkan keadilan dimanapun penyandangnya, hatta walau kepada kelompok yang tidak disukainya.
Ketujuh: Satu lagi menurut berita al-Quran, bahwa penunjukan manusia terbaik (walaupun dalam bentuk jamak) yaitu yang terdapat dalam surat Ali Imran 110: Kamu semua adalah umat yang terbaik, yang diciptakan kepada manusia untuk menyeru untuk berbuat kebaikan dan mencegah dari perbuatan munkar, kemudian kamu semua beriman kepada Allah SWT. Ayat ini juga menuntun kepada kita untuk mengetahui siapakah manusia yang terbaik itu, yaitu ummat Nabi Muhammad yang mau memerintahkan untuk berbuat kebaikan (ini juga bagian dari menjalankan yang diperintahkanNya) dan mencegah dari perbuatan mungkar (meninggalkan larangan Allah), tentu ini juga buah dari manusia yang bertaqwa, berakhlaq mulia dan berkarakter baik, serta lagi-lagi disebutkan bahwa manusia terbaik adalah orang yang beriman kepada Allah SWT.
Demikian manusia terbaik menurut beberapa hadits dan ayat-ayat al-quran yang menginformasikan kepada kita tentang manusia terbaik, yang pada gilirannya bisa kita pilih sebagai pemimpin dalam kita bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Lebih dari itu, pada dasarnya manusia yang terbaik menurut kita, kaum muslimin adalah manusia yang integritas dan karakternya mendekati dengan panutan kita nabi Muhammad SAW, sebagaimana disinggung Allah dalam surat al-Ahzab 21 Sungguh telah ada bagimu pada diri Rosulullah contoh tauladan yang baik. Yaitu manusia pilihan Allah yang diutus kemuka bumi untuk menyempurnakan akhlaq manusia (Buitstu liutammima makarimal akhlaq) dan mengajarkan kepada kita kepemimpinan yang dilandasi kepribadian beliau yang sungguh mulia, sehingga Allah memujinya dalam al-Quran surat al-Qolam 4 : Dan sesungguhnya engkau (Muhammad SAW) adalah manusia yang berakhlaq mulia.
Semoga dari uraian diatas bisa dijadikan rujukan dan panduan ringkas, untuk berdemokrasi memilih pemimpin yang akan membawa kita kepada kesejahteraan dan kemakmuran, bukan malah sebaliknya. Wallahu A’lam. (Tulisan diatas dimuat pada: Buletin Sekolah SIKL, Cantrik Edisi Oktober 2012)